Sejarah

Sejarah KSM Ilmu Bedah

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung atau lebih dikenal dengan RSHS diresmikan pertama kali pada tanggal 23 Oktober 1923 dengan nama Her Algeiueenc Bandoengsche Ziekenhuis atas prakarsa dari perkumpulan orang-orang terkemuka di Bandung yang bernama Vereneeging Bandoengsche Ziekenhuis. Pada saat itu telah ada seorang dokter bedah yang bekerja paruh waktu, namun Bagian Bedah Umum belum resmi berdiri tetapi pelayanan operasi telah dilakukan oleh dokter-dokter bedah yang secara sejarah sulit ditelusuri.

Pada tahun 1949 sampai tahun 1952 tercatat R.Sajidiman, dr yang memimpin Bagian Bedah. Saat itu Bagian Bedah masih belum berperan sebagai pusat pendidikan, hanya sebagai bagian dari suatu Universitas (Teaching Hospital). Baru pada tahun 1952 sampai dengan tahun 1956, waktu itu Bagian Bedah dipimpin oleh R. Sudiono, dr telah murni berfungsi sebagai unit pelayanan fungsional dari Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin. Tahun 1957 Bagian Bedah menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan dikepalai oleh Koestedjo, dr sebagai kepala bagian yang pertama. Pada saat itu Bagian Bedah belum memiliki ruang kuliah atau ruang laboratorium yang representatif untuk proses belajar mengajar. Bagian Bedah saat itu baru memiliki 3 (tiga) orang dokter, yaitu Koestedjo, dr, Tiagi. dr, dan Tubagus Zuchradi, dr.

Pada tahun 1963 Bagian Bedah diperkuat dengan masuknya Nagar Rasyid Nasution, dr yang baru menyelesaikan pendidikan orthopaedi di Inggris. Masih pada tahun yang sama Sumarsono. dr bergabung dalam pengembangan Ilmu Bedah. Kemudian pada tahun 1968 Bagian Bedah kembali diperkuat dengan masuknya 1 (satu) orang staf yaitu Sahala Sihombing, dr.

Selanjutnya Bagian Bedah berkembang terus hingga pada tahun 1976 mulai terbentuk Sub-Sub Bagian, di antaranya:   (1) Orthopaedi Traumatologi dan Rehabilitasi, (2) Urologi, (3) Onkologi, (4) Abdominal dan General Surgery, (5) Toraks, dan (6) Oral Surgery. Pada tahun 1985 Sub-Bagian di Bagian Bedah bertambah menjadi 8, yaitu dengan dibukanya Sub-bagian Bedah Anak dan Su-Bagian Bedah Plastik Maksilofasial. Formasi Sub-Bagian Bedah sekarang menjadi 7 sub-bagian dan dua koordinator pendidikan yaitu Koordinator Pendidikan Bedah Orthopaedi dan Koordinator Pendidikan Bedah Saraf, karena Bedah Orthopaedi dan Bedah Saraf telah tumbuh menjadi Bagian tersendiri. Bedah Oral Surgery telah memisahkan diri dari Bagian Bedah.

Menurut catatan yang ada, pada saat Rumah Sakit yang saat itu bernama Het Algemene Bandoengsche Ziekenhuis didirikan pada tahun 1923, telah ada seorang dokter ahli bedah yang bekerja secara paruh waktu. Dalam perkembangannya selama zaman kolonial Belanda dan zaman Jepang bahkan pada era pasca proklamasi kemerdekaan kita, tidak didapatkan catatan yang jelas tentang Bagian Bedah rumah sakit tersebut. Baru diketahui adanya struktur kepemimpinan Bagian Bedah yang jelas dari rumah sakit yang saat itu bernama “Ranca Badak” pada tahun 1949 – 1952 yaitu R. Sajidiman, dr. dan tahun 1952 – 1956 ; R. Soediono, dr. Dengan datangnya R. Koestedjo, dr. ke Bandung, maka sejak 2 Januari 1957 beliau menjadi Kepala Bagian Bedah RSU Ranca Badak. Sampai saat itu fungsi Bagian Bedah di Rumah Sakit tersebut terutama hanyalah untuk pelayanan bedah saja sesuai fungsi rumah sakit pada umumnya. Walaupun Fakultas Kedokteran UNPAD secara resmi berdiri pada tanggal 11 September 1957 tetapi eksistensi Bagian Bedah Fakultas Kedokteran UNPAD resmi baru ada sejak R. Koestedjo, dr. diangkat menjadi dosen tetap Ilmu Bedah di FK. UNPAD dengan SK. Menteri PTIP No.8506/UP/II/61 Kiranya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa peletak batu pertama Bagian Bedah FK. UNPAD adalah R. Koestedjo, dr. yang pada tanggal 31 Mei 1969 dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Bedah di FK. UNPAD. Setelah selama beberapa tahun R. Koestedjo, dr. menjadi “single fighter” di Bagian Bedah, barulah pada tahun 1963 datang Nagar Rasyid Nasution, dr. seorang Ahli Bedah Orthopaedi membantu R. Koestedjo, dr. di Bagian Bedah. Kemudian Nagar Rasyid Nasution, dr. ini dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Bedah pada tanggal 4 Mei 1985. Tidak lama kemudian bergabung pula Soemarsono, dr. yang memperkuat Bagian Bedah terutama dalam bidang Urologi. Sejak tahun 1968 turut pula memperkuat Bagian Bedah FK. UNPAD Sahala Sihombing, dr. seorang Ahli Bedah Urologi. Sahala Sihombing, dr. inilah yang merupakan Staf Bagian Bedah pertama yang menyelesaikan program doktornya tahun 1989 dan dikukuhkan sebagai Guru Besar 23 Januari 1993. Mulai saat itu (1968) pendidikan dan bimbingan bedah kepada para residen lebih teratur dan intensif.

Perkuliahan Ilmu Bedah mulai berikan oleh Koestedjo, dr. kepada para mahasiswa FK.UNPAD sejak tahun 1960. Pendidikan koasistensi Bedah baru dimulai pada tahun 1962, sedangkan pendidikan Spesialisasi Bedah untuk para Residen dimulai sejak 1963. Dokter lulusan pertama FK. UNPAD dihasilkan pada 1965, dan Ahli Bedah lulusan pertama UNPAD dihasilkan pada tahun 1969. Tiga orang lulusan Ahli Bedah pertama tersebut adalah Adhiyasa, dr., Pisi Lukitto, dr. dan Regawa, dr.. Sampai saat ini dokter spesialis bedah yang telah diluluskan berjumlah 406 orang. Sayang Prof. Nagar Rasyid Nasution, dr. telah meninggalkan kita pada 27 Januari 1995 dan Prof.Sahala Sihombing, dr. juga telah wafat pada tanggal 13 Maret 2000.  Pada saat pertama kali didirikan, Bagian Bedah FKUP/RSHS hanya memiliki fasilitas penunjang bangunan yang secara keseluruhan memiliki luas kurang dari 3000 meter persegi. Bangunan yang dimiliki Bagian Bedah FKUP/RSHS itupun sebagian besar merupakan bangunan lama yang telah didirikan sejak tahun 1923.

Adapun bangunan lama yang dimaksud meliputi :
Empat bangsal untuk penderita seluas kurang lebih 2000 meter persegi. Keempat bangsal ini masing-masing digunakan untuk     anak-anak (1 bangsal), wanita (1 bangsal) dan pria (2 bangsal).
Poliklinik seluas kurang lebih 160 meter persegi, yang digunakan untuk memeriksapenderita-penderita baru.
Kelengkapan bangunan baru dalam arti dibangun sesudah tahun 1923 dan sebelum tahun 1957 diantaranya terdiri dari 3 kamar operasi, kamar-kamar untuk dokter, kamar untuk perawat dan ruang tata usaha. Kesemuanya memiliki luas bangunan kurang lebih 500 meter persegi. Dari kenyataan itu, jelaslah bahwa pada masa awal berdirinya, Bagian Bedah FKUP/RSHS sama sekali belum memiliki ruang kuliah atau ruang laboratorium yang representative untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.