Profil Departemen

Profil Departemen Ilmu Bedah

Profil 1957 Profil 1964 Profil 1971
1957: Pendirian Bagian 1964: Dimulainya Prodi Spesialis Bedah 1971: Pengembangan Bagian Bedah Saraf
Profil 1984 Profil 1986  
1984: Pengembangan Prodi Spesialis dan Subspesialis 1986 - sekarang: Pemisahan KSM Orthopaedi Pemisahan KSM Urologi Penambahan Prodi Spesialis Prodi Subspesialis  

 

    Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung atau lebih dikenal dengan RSHS diresmikan pertama kali pada tanggal 23 Oktober 1923 dengan nama Her Algeiueenc Bandoengsche Ziekenhuis atas prakarsa dari perkumpulan orang-orang terkemuka di Bandung yang bernama Vereneeging Bandoengsche Ziekenhuis. Pada saat itu telah ada seorang dokter bedah yang bekerja paruh waktu, namun Bagian Bedah Umum belum resmi berdiri tetapi pelayanan operasi telah dilakukan oleh dokter-dokter bedah yang secara sejarah sulit ditelusuri.

Pada tahun 1949 sampai tahun 1952 tercatat R.Sajidiman, dr yang memimpin Bagian Bedah. Saat itu Bagian Bedah masih belum berperan sebagai pusat pendidikan, hanya sebagai bagian dari suatu Universitas (Teaching Hospital). Baru pada tahun 1952 sampai dengan tahun 1956, waktu itu Bagian Bedah dipimpin oleh R. Sudiono, dr telah murni berfungsi sebagai unit pelayanan fungsional dari Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin. Tahun 1957 Bagian Bedah menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan dikepalai oleh Koestedjo, dr sebagai kepala bagian yang pertama. Pada saat itu Bagian Bedah belum memiliki ruang kuliah atau ruang laboratorium yang representatif untuk proses belajar mengajar. Bagian Bedah saat itu baru memiliki 3 (tiga) orang dokter, yaitu Koestedjo, dr, Tiagi. dr, dan Tubagus Zuchradi, dr.

Pada tahun 1963 Bagian Bedah diperkuat dengan masuknya Nagar Rasyid Nasution, dr yang baru menyelesaikan pendidikan orthopaedi di Inggris. Masih pada tahun yang sama Sumarsono. dr bergabung dalam pengembangan Ilmu Bedah. Kemudian pada tahun 1968 Bagian Bedah kembali diperkuat dengan masuknya 1 (satu) orang staf yaitu Sahala Sihombing, dr.

Selanjutnya Bagian Bedah berkembang terus hingga pada tahun 1976 mulai terbentuk Sub-Sub Bagian, di antaranya: (1) Orthopaedi Traumatologi dan Rehabilitasi, (2) Urologi, (3) Onkologi, (4) Abdominal dan General Surgery, (5) Toraks, dan (6) Oral Surgery. Pada tahun 1985 Sub-Bagian di Bagian Bedah bertambah menjadi 8, yaitu dengan dibukanya Sub-bagian Bedah Anak dan Su-Bagian Bedah Plastik Maksilofasial. Formasi Sub-Bagian Bedah sekarang menjadi 7 sub-bagian dan dua koordinator pendidikan yaitu Koordinator Pendidikan Bedah Orthopaedi dan Koordinator Pendidikan Bedah Saraf, karena Bedah Orthopaedi dan Bedah Saraf telah tumbuh menjadi Bagian tersendiri. Bedah Oral Surgery telah memisahkan diri dari Bagian Bedah.

Menurut catatan yang ada, pada saat Rumah Sakit yang saat itu bernama Het Algemene Bandoengsche Ziekenhuis didirikan pada tahun 1923, telah ada seorang dokter ahli bedah yang bekerja secara paruh waktu. Dalam perkembangannya selama zaman kolonial Belanda dan zaman Jepang bahkan pada era pasca proklamasi kemerdekaan kita, tidak didapatkan catatan yang jelas tentang Bagian Bedah rumah sakit tersebut. Baru diketahui adanya struktur kepemimpinan Bagian Bedah yang jelas dari rumah sakit yang saat itu bernama "Ranca Badak" pada tahun 1949 - 1952 yaitu R. Sajidiman, dr. dan tahun 1952 - 1956 ; R. Soediono, dr. Dengan datangnya R. Koestedjo, dr. ke Bandung, maka sejak 2 Januari 1957 beliau menjadi Kepala Bagian Bedah RSU Ranca Badak. Sampai saat itu fungsi Bagian Bedah di Rumah Sakit tersebut terutama hanyalah untuk pelayanan bedah saja sesuai fungsi rumah sakit pada umumnya. Walaupun Fakultas Kedokteran UNPAD secara resmi berdiri pada tanggal 11 September 1957 tetapi eksistensi Bagian Bedah Fakultas Kedokteran UNPAD resmi baru ada sejak R. Koestedjo, dr. diangkat menjadi dosen tetap Ilmu Bedah di FK. UNPAD dengan SK. Menteri PTIP No.8506/UP/II/61 Kiranya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa peletak batu pertama Bagian Bedah FK. UNPAD adalah R. Koestedjo, dr. yang pada tanggal 31 Mei 1969 dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Bedah di FK. UNPAD. Setelah selama beberapa tahun R. Koestedjo, dr. menjadi "single fighter" di Bagian Bedah, barulah pada tahun 1963 datang Nagar Rasyid Nasution, dr. seorang Ahli Bedah Orthopaedi membantu R. Koestedjo, dr. di Bagian Bedah. Kemudian Nagar Rasyid Nasution, dr. ini dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Bedah pada tanggal 4 Mei 1985. Tidak lama kemudian bergabung pula Soemarsono, dr. yang memperkuat Bagian Bedah terutama dalam bidang Urologi. Sejak tahun 1968 turut pula memperkuat Bagian Bedah FK. UNPAD Sahala Sihombing, dr. seorang Ahli Bedah Urologi. Sahala Sihombing, dr. inilah yang merupakan Staf Bagian Bedah pertama yang menyelesaikan program doktornya tahun 1989 dan dikukuhkan sebagai Guru Besar 23 Januari 1993. Mulai saat itu (1968) pendidikan dan bimbingan bedah kepada para residen lebih teratur dan intensif.

Perkuliahan Ilmu Bedah mulai berikan oleh Koestedjo, dr. kepada para mahasiswa FK.UNPAD sejak tahun 1960. Pendidikan koasistensi Bedah baru dimulai pada tahun 1962, sedangkan pendidikan Spesialisasi Bedah untuk para Residen dimulai sejak 1963. Dokter lulusan pertama FK. UNPAD dihasilkan pada 1965, dan Ahli Bedah lulusan pertama UNPAD dihasilkan pada tahun 1969. Tiga orang lulusan Ahli Bedah pertama tersebut adalah Adhiyasa, dr., Pisi Lukitto, dr. dan Regawa, dr.. Sampai saat ini dokter spesialis bedah yang telah diluluskan berjumlah 406 orang. Sayang Prof. Nagar Rasyid Nasution, dr. telah meninggalkan kita pada 27 Januari 1995 dan Prof.Sahala Sihombing, dr. juga telah wafat pada tanggal 13 Maret 2000.

Pada saat pertama kali didirikan, Bagian Bedah FKUP/RSHS hanya memiliki fasilitas penunjang bangunan yang secara keseluruhan memiliki luas kurang dari 3000 meter persegi. Bangunan yang dimiliki Bagian Bedah FKUP/RSHS itupun sebagian besar merupakan bangunan lama yang telah didirikan sejak tahun 1923.
1. Adapun bangunan lama yang dimaksud meliputi :
Empat bangsal untuk penderita seluas kurang lebih 2000 meter persegi. Keempat bangsal ini masing-masing digunakan untuk anak-anak (1 bangsal), wanita (1 bangsal) dan pria (2 bangsal).
2. Poliklinik seluas kurang lebih 160 meter persegi, yang digunakan untuk memeriksapenderita-penderita baru.

Kelengkapan bangunan baru dalam arti dibangun sesudah tahun 1923 dan sebelum tahun 1957 diantaranya terdiri dari 3 kamar operasi, kamar-kamar untuk dokter, kamar untuk perawat dan ruang tata usaha. Kesemuanya memiliki luas bangunan kurang lebih 500 meter persegi. Dari kenyataan itu, jelaslah bahwa pada masa awal berdirinya, Bagian Bedah FKUP/RSHS sama sekali belum memiliki ruang kuliah atau ruang laboratorium yang representative untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Dalam perkembangannya terjadi penambahan-penambahan ruangan sebagai berikut :
Tahun 1959 : Penambahan ruangan-ruangan sebesar 140 m2, atas biaya Kementerian Kesehatan yang sekarang seluruhnya dipakai oleh bagian Anesthesi.
Tahun 1963 : Penambahan ruangan-ruangan sebesar 92 m2 berhubung dengan penerimaan koasisten yang pertama yang dapat diperinci sebagai berikut : 1 Kamar jaga koasisten, 1 ruangan tunggu dan 2 kamar periksa. Biaya untuk ini adalah hasil "Berdikari" dari rumah sakit sendiri.
Tahun 1967 : Penambahan ruangan-ruangan sebesar 157 m2 untuk keperluan : tempat konferensi, kamar dokter dan ruangan tunggu. Biaya dari swasta.
Tahun 1972 :
- Suatu "Intensive Care" unit, yang dalam tahap pertama dapat dipakai sebagai recovery room dan dalam tahap selanjutnya dapat dipakai sebagai Intensive Care Unit yang sebenarnya.
- Suatu bagian "emergency" yang berguna sekali untuk keperluan menolong kecelakaan lalu lintas.
- Ruangan-ruangan untuk keperluan phisiotherapi, dokter-dokter, koasisten dan tenaga para medis.

Mulai April 1978 telah dibuka pula ruangan-ruangan perawatan baru untuk penderita kelas serta renovasi ruang-ruang perawatan lain serta sebelumnya pada tahun 1974 dibuka kamar-kamar bedah baru di kamar operasi B. Demikian pula dengan poliklinik dan bagian emergensi menempati tempat yang lebih luas.

Dengan selesainya gedung COT dan emergensi yang baru yang menempati lahan bekas gedung anatomi, kamar mayat dan mesjid Asy-Syifaa pada tahun 2001 maka Bagian Bedah sekarang dapat menikmati fasilitas sarana dan prasarana bedah yang baik.

Karena sejak tahun 1996 struktur rumah sakit berubah dengan diaktifkannya Instalasi Bedah, Instalasi Kamar Bedah, Instalasi Emergensi dan Instalasi Rawat Jalan, maka pengelolaan dan tanggung jawab dari unit-unit yang tercakup dalam Instalasi-instalasi tersebut tidak langsung di bawah Bagian Bedah.

Pada saat ini di dalam Bagian Bedah telah terdapat 7 Sub Bagian yaitu Sub Bagian Bedah Digestif, Sub Bagian Bedah Anak, Sub Bagian Bedah Onkologi, Sub Bagian Bedah Kardio Toraksik, Sub Bagian Bedah Urologi, Sub Bagian Bedah Plastik, dan Sub Bagian Bedah Vaskular. Sub Bagian inilah yang merupakan ujung tombak pelayanan dan pendidikan profesi (koasistensi) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Diharapkan dengan perbaikan dan penyediaan sarana dan prasarana yang lebih lengkap pada saat ini dan dimasa yang akan datang, pendidikan dan pelayanan serta penelitian dalam bidang Bedah akan lebih berkembang.

Pada saat ini bagian/SMF Ilmu Bedah FKUP/RS Dr. Hasan Sadikin terdapat 7 Sub Bagian yaitu :
1. Bedah Digestif
2. Bedah Urologi
3. Bedah Onkologi
4. Bedah Anak
5. Bedah Plastik
6. Bedah Toraks Kardiotorasik
7. Bedah Vaskular

Dibandingkan dengan keadaan tahun 1987 pada saat ini telah terjadi kemajuan yang cukup pesat di bidang pendidikan, diantaranya :
Mulai tahun 1992 telah diadakan Ujian Board Nasional dalam pendidikan Spesialis Bedah. Sejak tahun 1993 telah dilaksanakan Pendidikan Subspesialis Bedah Digestif, yang kemudian diikuti oleh Bedah Onkologi pada tahun 1994 dan Bedah Anak di tahun 1996.
Sedangkan pendidikan Bedah Urologi sedang dalam proses pengakuan.

Dengan semakin banyaknya keahlian khusus yang dimiliki oleh staf di Bagian/SMF Ilmu Bedah, maka bidang pelayanan pun banyak mencapai kemajuan, diantaranya adalah:
1. Bedah Digestif : Endoskopi, Laparoskopi
2. Bedah Jantung : By Pass
3. Bedah Urologi : ESWL + PCN + URS
4. Bedah Onkologi : Pengembangan teknik Kuadranektomi dalam Penanganan tumor payudara dini
5. Bedah Anak : Eksisi Kista CBD, anastomosis Esofagus
6. Bedah Plastik : Unit Luka Bakar,Cleft Center,micro surgery
7. Bedah Vaskuler : Endovaskuler

Tata Pamong Kelola KSM Bedah UNPAD/ RSHS :
KSM Bedah UNPAD/ RSHS telah mengalami pergantian kepala departemen dari waktu ke waktu dimulai dengan kepemimpinan Prof. Dr. R. Koestedjodari tahun 1957-1977 lalu dilanjutkan oleh Prof. Dr. Nagar Rasyid Nasution dari tahun 1977-1985, Dr. Warko Karnadihardja Sp.B- KBD dari tahun1985-1995, Prof. DR. Dr. Sahala Sihombing Sp.B Sp.U dari tahun 1995-1998, Prof. DR. Dr. Suwandi Sugandi Sp.B Sp.U dari tahun 1998-2006, Dr Nurhayat Usman Sp.B -KBD dari tahun 2006-2014, DR. Dr Dimyati Achmad Sp.B (K)Onk dari tahun 2014-2018, dan DR.Dr. Kiki Lukman Sp.B-KBD dari tahun 2018- Sekarang. Dengan Semangat dan inovasi dari masing masing kepala departemen bedah
Sebagai salah satu unit pelayanan di RSUP Dr Hasan Sadikin dan Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung, maka dalam menjalankan roda organisasi membutuhkan suatu panduan yang dituangkan dalam kebijakan tata pamong dan tata kelola Departemen/KSM Ilmu Bedah. Naskah ini berupa pengaturan tata kelola dan struktur tata pamong di dalam unit ini. Diharapkan seluruh staf menjadikannya panduan di dalam menjalankan organisasi sehingga visi dan misis organisasi dapat tercapai.